Webinar Kepemiluan KPU Sragen: Peran Pemuda dalam Membangun Demokrasi
Sragen, kab-sragen.kpu.go.id – Dalam upaya memperkuat fondasi demokrasi yang inklusif dan berkelanjutan, KPU Kabupaten Sragen kembali menyelenggarakan Webinar Kepemiluan dengan mengangkat tema “Peran Pemuda dalam Membangun Demokrasi.” Kegiatan diadakan secara daring melalui zoom meeting dan live di kanal Youtube KPU Sragen pada Rabu (22/10/2025). Webinar Kepemiluan kali ini berfokus pada peran strategis generasi muda dalam menjaga, memperkuat, dan membangun kualitas demokrasi di Indonesia, khususnya dalam konteks pemilu dan partisipasi publik. Acara dibuka oleh Ketua KPU Kabupaten Sragen, Prihantoro PN, dan menghadirkan anggota KPU Provinsi Jawa Tengah Muhammad Machruz sebagai keynote speaker, serta narasumber Galih Candra Bayu Aji, Ketua KNPI Kabupaten Sragen, dan Wiradrana Wasista, Ketua Badko HMI Jateng-DIY. Adapun Irwan Sehabudin, anggota KPU Sragen, bertindak sebagai moderator webinar. Dalam sambutan sekaligus membuka acara, Ketua KPU Sragen Prihantoro menyoroti peran sentral pemuda secara histori adalah sebagai pelopor perubahan, sejak jaman Sumpah Pemuda, perjuangan kemerdekaan, hingga reformasi. Namun, ia menegaskan bahwa tantangan pemuda saat ini berbeda dengan adanya kemajuan teknologi informatika dan perkembangan AI. Oleh karenanya, di tengah kemajuan teknologi ini pemuda memiliki tanggung jawab untuk menjaga demokrasi dari ancaman apatisme, disinformasi/hoaks, dan politik yang semakin pragmatis. Pemuda berperan sebagai penggerak dan penjaga nilai-nilai demokrasi dengan membawa gagasan, semangat, dan integritas, bukan hanya sebagai penonton. Prihantoro juga menekankan bahwa KPU Kabupaten Sragen tidak dapat bekerja sendiri dan membutuhkan kolaborasi dengan berbagai elemen, terutama organisasi kepemudaan, mahasiswa, dan seluruh entitas yang ada di Kabupaten Sragen untuk memperkuat pendidikan pemilih dan menumbuhkan partisipasi politik yang cerdas dan bermartabat, “Kita melaksanakan webinar ini, diharapkan akan menjadi ruang belajar dan kolaborasi untuk memunculkan ide dan gagasan demi kemajuan demokrasi di Sragen.” ujarnya menutup sambutan. Selanjutnya, Muhammad Machruz dalam keynote speech-nya menekankan bahwa generasi muda memegang peran yang sangat strategis dalam membentuk tatanan sosial politik bangsa. Posisi ini menjadi semakin krusial seiring dengan gelombang Dinamika Digital. Kemajuan pesat teknologi digital telah memberikan perubahan signifikan pada cara pemuda berpartisipasi dalam politik. Pemanfaatan platform digital telah melahirkan fenomena aktivisme digital, yang memungkinkan konsolidasi isu dan penyampaian aspirasi secara cepat dan luas. Namun, KPU juga menyoroti adanya tantangan yang menyertai revolusi digital ini. Perkembangan ini membawa risiko negatif berupa masifnya penyebaran disinformasi/hoaks dan potensi terbentuknya polarisasi tajam di masyarakat. Meski demikian, Machruz juga melihat sisi positifnya, bahwa dari aktivisme digital ini juga berfungsi dan memiliki potensi sebagai saluran evaluasi kebijakan yang efektif bagi pemangku kebijakan, dan mendapatkan masukan real-time dari publik. Mengingat kondisi ini, fokus KPU ke depan tidak lagi terbatas pada momen elektoral semata. KPU dituntut untuk mendidik pemilih secara berkelanjutan dan intensif. Selain itu, perbaikan sistem demokrasi harus dilakukan melalui kolaborasi erat dengan berbagai kelompok pemuda untuk secara aktif menerima masukan dan saran konstruktif. Peran ganda KPU ini -sebagai edukator dan kolaborator- adalah kunci untuk memastikan partisipasi pemuda menghasilkan kualitas demokrasi yang lebih baik dan inklusif. Ketua Badko HMI Jateng DIY, Wiradrana Wasistha, mengajak peserta untuk memahami demokrasi secara substantif, bukan sekadar prosedur memilih pemimpin, tetapi sebagai ruang di mana suara rakyat benar-benar didengar. Ia menekankan bahwa pemuda adalah agen perubahan yang memiliki sejarah panjang sebagai pelopor gerakan sosial. Namun, tantangan besar mengintai: apatisme politik yang lahir dari kejenuhan dan ketidakpercayaan terhadap sistem, polarisasi digital dengan adanya fenomena echo-camber (ruang gema) di media sosial yang membuat pemuda cenderung hanya menerima informasi yang memperkuat pandangan mereka sendiri sehingga mempersempit ruang dialog, serta dominasi elit yang menghambat regenerasi kepemimpinan. Dalam konteks ini, organisasi kepemudaan berperan sebagai laboratorium demokrasi dan wadah pendidikan politik non-formal. Strategi kolektif dan advokasi sosial menjadi langkah penting untuk menjawab persoalan mendasar di masyarakat. Galih Candra Bayu Aji, Ketua KNPI Kabupaten Sragen dalam paparannya mengangkat isu tentang demokrasi lokal dan pentingnya mengembalikan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Ia mengajak pemuda untuk berpartisipasi secara cerdas, tidak hanya melalui hak pilih, tetapi juga lewat keterlibatan aktif dalam organisasi dan gerakan sosial. Tantangan seperti politik uang menjadi sorotan utama. Pemuda sering menjadi sasaran praktik ini, sehingga perlu dibangun pendidikan karakter dan kerja sama lintas lembaga, termasuk dengan KPU dan Bawaslu. Ia juga menekankan pentingnya jaminan keamanan bagi pelapor kasus politik uang, agar masyarakat berani bersuara. Sesi tanya jawab memperkaya diskusi dengan refleksi terhadap fenomena money politics, apatisme, dan gerakan pemuda yang reaktif. Para peserta dan narasumber sepakat bahwa demokrasi yang sukses bukan sekadar pergantian wajah kepemimpinan, melainkan terwujudnya keadilan sosial dan kebijakan yang berpihak pada rakyat. Gerakan pemuda harus berangkat dari kajian intelektual dan tujuan yang jelas. Mahasiswa didorong untuk keluar dari zona nyaman kampus dan merajut solidaritas dengan kelompok masyarakat sipil demi membangun gerakan kolektif yang berdampak nyata. Webinar ditutup dengan harapan agar KPU, khususnya KPU Sragen, bersama organisasi kepemudaan seperti KNPI dan HMI terus menjalin kolaborasi dalam menyelenggarakan forum-forum diskusi. Pendidikan politik dan partisipasi publik yang berkelanjutan menjadi fondasi penting bagi demokrasi yang sehat dan inklusif. [A]